Pendidikan
adalah merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa. Oleh karena
itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti jenjang pendidikan,
baik jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan
menengah maupun tinggi. Kebanyakan anak-anak Indonesia dalam memulai
proses masuk ke lembaga pendidikan, mengabaikan pendidikan anak usia
dini, padahal untuk membiasakan diri dan mengembangkan pola pikir anak
pendidikan sejak usia dini mutlak diperlukan.
Sudah
bukan informasi baru, mengenai 3 tahun pertama anak adalah usia emas
baginya untuk menyerap informasi sebanyak-banyaknya. Berdasar
pengetahuan ini pun makin banyak didengungkan mengenai pentingnya
pendidikan anak usia dini. Perlu orang tua ketahui bahwa anak
memiliki kemampuan yang perlu diasah sejak dini, karena dengan mereka
memiliki berbagai kemampuan tersebut tentunya sudah dapat dibentuk
sedari dini.
“[Sayangnya] banyak orangtua yang menganggap pendidikan anak usia dini tidak begitu penting, dengan alasan tidak ingin anaknya mengalami stres atau kehilangan masa bermain. Padahal, 70 persen pembentukan karakter manusia itu dimulai dari usia nol hingga 3 tahun. Sejak dini, anak-anak berhak mendapat saran pendidikan yang nyaman, penuh kasih sayang, dan dalam lingkungan mendukung,” kata Novita Tandry, Director Tumble Tots Indonesia di acara peresmian SGM Prestasi Center, Jakarta, (1/5).
Saat
ini sudah ada kesadaran kearah sana, namun dengan luas dan jumlah
penduduk Indonesia yang besar dan lembaga pendidikan anak usia dini
masih bersifat seadanya dan banyak yang belum memenui keriteria
pendidikan anak usia dini, apalagi pos PAUD yang merupakan perkembangan
dari posyandu terintegrasi, dimana awalnya lembaga ini diarahkan untuk
mengadakan timbangan badan dan memberikan makanan sehat, yang ahirnya
difungsikan untuk memberi stimulasi pendidikan.
Pendidikan
bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi,
membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan
menghasilkan kemampuan dan ketrampilan anak. Pendidikan anak usia dini
merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik
beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik
(koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan,, daya cipta,
kecerdasan emosi, dan kecerdasan spititual.
Disampaikan pula oleh Novita, ada 2 hal yang penting untuk membantu perkembangan anak optimal, yakni nutrisi serta stimulasi.
“Nutrisi
harus presisi sesuai tumbuh kembang anak. Begitu pula dengan
stimulasinya. Dengan dukungan menyeluruh, penggabungan nutrisi dan
stimulasi yang presisi sesuai usia perkembangan, bisa menciptakan
anak-anak yang berprestasi,”
Sesuai
dengan keunikan dan pertumbuhan anak usia dini maka penyelenggaraan
pendidikan bagi anak usia dini di sesuaikan dengan tahap tahap
perkembangan yang di lalui oleh anak usia dini.
Umumnya,
pada usia 4 tahun ini si kecil baru mulai masuk TK (Taman Kanak-kanak).
Baik TK yang biasa atau TK Al Quran yang dikenal dengan TKA (Taman
Kanak-kanak Al Quran) atau TPQ (Taman Pendidikan Al Quran). Itu artinya,
sebagian tanggung jawab pendidikan anak terlimpahkan pada para guru TK
tersebut. Namun demikian, adalah salah besar apabila orang tua
menyerahkan pendidikan anak 100% pada lembaga pendidikan. Kegagalan
pendidikan kepribadian anak kebanyakan karena kegagalan pendidikan dalam
rumah; yakni pendidikan orang tua.Dalam konteks pendidikan orang tua,
ibulah yang paling memegang peranan penting. Oleh karena itu, sukses
tidaknya masa depan anak dan baik buruknya kepribadiannya, akan sangat
tergantung seberapa peran ibu dalam proses pendidikannya. Terutama dalam
pendidikan anak usia dini (PAUD) yakni usia 0 – 6 tahun dan 6 – 16
(usia SD SMP). Tentu saja peran ayah tak kalah pentingnya, terutama
dalam proses pembangunan kepribadian (character building).
Masalah
Bagaimanakah pendidkan anak usia dini dalam konteks pendidikan nasional ?
Pembahasan
Periode
emas bagi perkembangan anak adalah dimaksudkan untuk memperoleh proses
pendidikan, dan periode ini adalah tahun-tahun yang sangat berharga bagi
seorang anak untuk mengenali berbagai macam fakta di lingkungannnya
sebagai stimulus terhadap perkembangan kepribadian , psikomotor,
kognitif maupun sosialnya.
Berdasarkan
hasil penelitian sekitar 50% kapabilitaas kecerdasan orang dewasa telah
terjadi ketika anak berumur 4 tahun,8 0% telah terjadi perkembangan
yang pesat tentang jaringan otak ketika anak berumur 8 tahun dan
mencapai puncaknya ketika anak berumur 18 tahun, dan setelah itu
walaupun dilakukan perbaikan nutrisi tidak akan berpengaruh terhadap
perkembangan kognitif.
Hal
ini berarti bahwa perkembangan yang terjadi dalam kurun waktu 4 tahun
pertama sama besarnya dengan perkembangan yang terjadi pada kurun waktu
14 tahun berikutnya. Sehingga periode ini merupakan periode kritis bagi
anak, dimana perkembangan yang diperoleh pada periode ini sangat
berpengaruh terhadap perkembangan periode berikutnya hingga masa dewasa.
Sementara masa emas ini hanya datang sekali, sehingga apabila terlewatkan berarti habislah peluangnya.
Untuk
itu pendidikan anak usia dini seharusnya memberikan rangsangan
(stimulasi) dari lingkungan terdekat adalah sangat diperlukan untuk
mengoptimalkan kemampuan anak. Pemerintah
dalam hal jangan sekai-kali melakukan pendekatan yang sangat
diskriminatif terutama dalam pengambilan kebijakan terhadap PAUD (baik
paud forma,non formal mupun paud informal) terutama pada pos paud,karena
UU No 20 tahun 2003 tidak mengenal istilah pos paud (secara
tersurat),sekali lagi pemerintah tidak boleh berlaku deskriminatif.
Pemerintah
Indonesia telah memperkenalkan panduan stimulasi dalam program Bina
Keluarga Balita (BKB) sjak tahun 1980, namun implementasinya belum
memasyarakat. Hasil penelitian Herawati ( 2002) di Bogor menemukan bahwa
dari 265 keluarga yang diteliti hanya 15% yang mengetahui program BKB,
factor lain adalah rendahnya partisipasi orang tua dalam program BKB.
Masih
rendahnya layanan pendidikan dan perawatan bagi anak usia dini saat ini
antara lain disebabkan masih terbatasnya jumlah lembaga yang memberikan
layanan pendidikan dini jika dibanding dengan jumlah anak usia 0-6
tahun yang seharusnya memperoleh layanan tersebut. Berbagai program yang
ada baik langsung (melalui Bina Keluarga Balita dan Posyandu) yang
telah ditempuh selama ini ternyata belum memberikan layanan secara utuh,
belum bersinergi dan belum terintegrasi pelayanannya antara aspek
pendidikan, kesehatan dan gizi. Padahal ketiga aspek tersebut sangat
menentukan tingkat intelektualitas, kecerdasan dan tumbuh kembang anak.
Pada
lembaga pendidikan anak usia dini, kini sudah mengajarkan anak tentang
dasar-dasar dalam cara belajar. Di usianya yang masih sangat dini
tersebut, anak akan diperkenalkan terlebih dahulu pada sebuah fondasi.
Mereka akan mengetahui semuanya sedikit demi sedikit melalui apa yang
mereka lihat dan pelajari. Dengan mereka bermain akan diajarkan
bagaimana cara yang tepat dalam bersosialisasi, mengatur waktu dan yang
terpenting bisa menguasai 1-3 bahasa.
Pendidikan
anak usia dini yang orang tua berikan bagi anak merupakan suatu
persiapan kematangan anak dalam menghadapi masa demi masa untuk
perkembangannya di masa yang akan datang. Saat ini telah banyak berbagai
sekolah taman kanak-kanak memberikan pendidikan yang baik dan
berkualitas demi mengembangkan kemampuan dan bakat dalam diri anak
tersebut. Oleh karena itu, diperlukan usaha dan orangtua dalam mengajar
dan mendidik anak terutama dalam membaca. Mengajar anak membaca tidak
harus melihat berapa usia yang tepat untuk mengajarkannya. Yang
terpenting disini adalah Anda berusaha memberikan yang terbaik dalam
pendidikannya kelak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar